Selasa, 07 Juni 2016

Khutbah Idul Fitri
Oleh : BUYA YAHYA
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon


KHUTBAH PERTAMA

Allaahu Akbar 9x
Allaahu Akbar Kabiira, Wal-hamdulillaahi Katsiira, Wa Subhanallaahu Bukrotaw Wa Ashiila.
Allah Maha Besar dengan sungguh-sungguh Maha Besar, segala puji bagi Allah, maha suci Allah di pagi dan sore hari.
Laa Ilaaha Illallaahu Wahdah, Shodaqo Wa’dah, Wa Nashoro ‘Abdah, Wa A’Azza Jundahu Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah.
Tiada tuhan selain Allah yang maha tunggal, benar dalam janjinya, menolong hambanya, memuliakan tentaranya dan menghancurkan segalanya hanya sendirian.
Laa Ilaaha Illallaah Wa Laa Na’budu Illaa Iyyaahu Mukhlishiina Lahud Din Wa Law Karihal Kaafiruun.
Tiada tuhan selain Allah, tiada kami menyembah melainkan kepadanya dengan semurni-murninya, agama adalah milikinya walaupun orang-orang kafir membenci.

Al-Hamdulillah Al-Ladzi Hadaanaa Lihaadzaa Wa Maa Kunnaa Linahtadiya Law Laa An Hadaanallaah, Wa Man Yahdillaahu Fa Laa Mudhilla Lah, Wa Man Yudhlil Fa Laa Haadiya Lah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita petunjuk untuk hadir dalam kesempatan ini, kalau bukan karena Allah memberi petunjuk niscaya kita tidak akan mendapatkan petunjuk. Barangsiapa yang telah diberi petunjuk maka tidak ada satupun yang akan menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan niscaya tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.

Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariika lahu Syahadata ‘Abdin Lam Yakhsya Illallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuuluhu Al-Ladzi Ikhtaarohullaahu Washtofaahu.
Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah yang maha tunggal dan tiada sekutu baginya dengan persaksian seorang hamba yang tidak takut melainkan hanya kepada Allah. Aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Hamba & Utusannya yang merupakan hamba pilihan Allah.
Allahumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalah, Ammaa Ba’du.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang setelahnya.

Fayaa Ayyuhannaas, Ittaqullaah Haqqa Tuqootihi Wa Laa Tamuutunna Ilaa Wa Antum Muslimuun. Wa’lamuu Anna Yaumakum Haadzaa Yaumun ‘Adziim Wa ‘Iidun Kariim. Ahallallaahu Lakum Fiihi At-Tho’ama Wa Harrama ‘Alaikum Fiihi Ash-Shiyaama, Fahuwa Yaumu Tasbiihi Wa Tahmiidin Wa Tahliilin Wa Ta’dziimin Wa Tamjiidin, Fasabbihuu Rabbakum Wa ‘Adz-Dzimuuhu Wa Tuubuu Ilaihi Wastaghfiruuh.
Wahai segenap manusia! Bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian meninggal dunia melainkan kalian dalam Islam. Ketahuilah sesungguhnya hari kalian sekarang ini adalah hari yang amat agung dan hari raya yang mulia. Allah telah menghalalkan makanan dan mengharamkan puasa untuk kalian.
Hari ini adalah hari untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil dan mengagungkan Allah, maka bertasbihlah kalian dan Agungkanlah tuhan kalian. Bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepadanya.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

Di Hari Raya Idul Fitri ini sungguh kita benar-benar berada dalam karunia dan rahmat Allah SWT yang amat besar. Karena saat ini kita dikumpulkan oleh Allah SWT di tempat ini dengan tujuan  menggapai kemuliyaan di hadapan Allah SWT. Merenunglah sejenak akan keberadaan saudara-saudara kita yang belum dipilih oleh Allah untuk mendapat rahmat-Nya, yaitu mereka  yang di saat ini telah berada di dalam sebuah tempat berkumpul akan tetapi Allah murka kepada mereka. Yaitu mereka-mereka yang lalai dan sibuk mengikuti hawa nafsu mereka sehingga mereka tercebur di dalam kubang kemaksiatan dan kenistaan. 

Akan tetapi kita pada saat ini pada detik ini dihantarkan  dan dimudahkan oleh Allah  untuk yang diridhoi oleh Allah, yaitu sholat Id bersama di tempat ini. Inilah nikmat dan rahmat besar dari Allah SWT untuk kita.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

        Semarak hari raya ‘Idul Fithri kita saksikan. Tradisi mudik, saling berziarah dan halal bi halal mewarnai suasana ‘Idul Fithri di negeri tercinta ini,  yang sungguh membutuhkan  biaya yang amat besar. Ada yang mereka cari, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka cari. Ada yang mereka rindukan, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka rindukan. Mereka mencari cinta di sela-sela kesibukannya. Mereka merindukan cinta di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian bangsa manusia. Mereka tidak butuh gebyar lahir, marak hari raya dan berbagai tradisi yang tidak menghadirkan makna cinta. Ada yang perlu dicermati, apa yang menjadikan cinta tidak kunjung terwujud dalam kebersamaan bangsa ini, kendati aktivitas lahir penyambung hati sudah dilaksanakan. Cinta tersembunyi dibalik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka sesemarak apapun gebyar silaturahmi lahir kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak disingkap dan disingkirkan sungguh sinar cinta tidak kunjung memancar di hati kita.

        Silaturahmi adalah kalimat yang sering kita dengar, khususnya adalah di saat kita memasuki bulan fitri, dihari raya ‘Idul Fithri. Sehingga apa yang kita dengar dengan arus mudik, berbondong-bondongnya orang pindah dari satu tempat ke tempat lain, berziarah kesana- kemari adalah dalam irama mewujudkan makna silaturahmi ini. Akan tetapi amal perbuatan seperti apapun besarnya, jika tidak dibarengi dengan renungan dan niat yang baik, maka semuanya akan sia-sia.

        Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dari tradisi yang mulia ini yaitu silaturahmi, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturahmi ini adalah menghadirkan makna kerinduan saling cinta diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa-basi. Akan tetapi jika silaturahmi kita ini hanya terbatas kepada basa-basi dzahir, hanya saling mengunjungi dan lain sebagainya, maka sesungguhnya belumlah ia sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya.

        Dan silaturahmi itu adalah hal yang mendekatkan hati seseorang kepada orang lain, mendekatkan antara orang yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, orang yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan.

        Silaturahmi yang benar adalah jika memang telah menumbuhkan rasa cinta diantara sesama. Sehingga hal yang demikian itu tidak cukup hanya dengan basa-basi  social  saling kunjung dan memberi hadiah, akan tetapi harus dibarengi dengan renungan yang sesungguhnya.

        Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati akan tetapi ternyata silaturahmi yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Rasulullah SAW, bahwasanya agar mendapatkan derajat yang besar di hadapan Allah SWT,  seperti yang disabdakan Nabi SAW :
“Laa Tadkhuluunal Jannata Hattaa Tu’minuu Wa Laa Tu’minuu Hatta Tahaabbuu”
"Demi Allah kalian  tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman dan tidak akan beriman  secara sesungguhnya diantara kalian  sehingga kalian saling mencintai."

         Saling mencintai itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah SWT. Yang sering berziarah kesana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta adalah pekerjaan sia-sia. Maka yang harus kita tekankan saat ini adalah ziarah yang kita lakukan secara lahir harus ada buahnya, yaitu  bertemunya hati dan saling cinta. Dan cinta ini mempunyai tanda, diantaranya kita  mudah  untuk memaafkan kesalahan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan dan merasa senang atas kegembiraan mereka. Dan ini semua adalah makna yang akan hadir setelah ada makna cinta di dalam hati.

        Sungguh dua orang sahabat yang  saling berziarah, dua-duanya adalah orang yang berkhianat jika ternyata tidak ada cinta di dalam hatinya. Dan untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah disamping kita berziarah secara dzahir, harus disertai dengan berziarah secara bathin. Ziarah secara bathin ini lebih penting daripada ziarah secara dzahir. Ziarah secara bathin ini adalah saling mendoakan kepada sesama kita di saat sesama kita itu tidak ada di hadapan kita. Mendo'akan kepada sesama kita dengan do'a-do'a yang baik biarpun  untuk orang yang memusuhi kita, dan itulah hakikat silaturahmi,. Seperti yang disabdakan Nabi SAW :

 ‘An ‘Abdillah Bin ‘Amr Bin Al-‘Ash Radhiyaallaahu ‘Anhuam ‘Anin-Nabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi Wa Sallama Qaala : “Laisal Waashilu Bil-Mukaafi Wa Laakinnal-Waashila Al-Ladzii Iidza Quthi’at Rahimuhu Wa Sholaha”. Rawaahu Ahmad Wal-Bukhari Wa Abu Daud Wat-Tirmidzi Wan-Nasai.
Dari Abdullah Bin Amr Bin Al-‘Ash ra dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : "Bukanlah menyambung persaudaraan itu adalah membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus ia memulai untuk menyambungnya, jika dia didzalimi sabar  dan memohon maaf terlebih dahulu.”  HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi & Imam Nasai.

        Ini adalah makna silaturahmi, maka dari itu marilah kita hadirkan makna do'a, do'a baik yang  sesungguhnya dengan tulus kepada Allah SWT untuk  orang yang kita cintai dan orang-orang yang membenci  dan mendengki kita sekalipun. Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahmi diantara kita. Dengan hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam. Begitu sebaliknya biarpun ziarah dzahir kita lakukan seribu kali dalam sehari tanpa dibarengi dengan ziarah hati yang kami maksud maka tidaklah kita sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya.  Wallahu a'lam bissawb

KHUTBAH KEDUA

Allaahu Akbar 5x
Laa Ilaaha Illallaahu Akbar, Allaahu Akbar Wa Lillaahil-Hamdu. Al-Hamdulillaahil-Ladzii Manna ‘Alainaa Bihaadzihis-Shobiihah Al-Mubaarakah AL-Laami’ah.
Tiada tuhan selain Allah yang maha besar, Allah maha besar dan segala puji hanya milik Allah. Segala puji hanya milik Allah yang telah meng-anugerahkan pagi yang penuh berkah nan ceria kepada kita.

Wash-Sholatu Was-Salamu ‘Alaa Sayyidina Muhammadin Dzil-Anwaaris-Saathi’ah Wa ‘Alaa Aali Baytihi Ath-Thohiriin Wa Ashaabihi Ath-Thoyyibiin Wa Man Tabi’ahum Biihsaanin Ila Yaumid-Diin, Ammaa Ba’du:
Semoga rahmat dan keselamatan terlimpahkan atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW yang mempunyai cahaya-cahaya yang menyilaukan, juga kepada Ahli Bait Nabi yang suci dan sahabat-sahabatnya yang baik-baik serta orang-orang yang mengikuti merkea dalam kebaikan sampai hari kiamat. Kemudian :

Fayaa ‘Ibaadallaah Ittaqullaaha Haqqo Tuqootihi Takuunuu ‘Indahu Minal-Muflihiin Al-Faaiziin.
Wahai Hamba-Hamba Allah, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa maka kalian akan menjadi orang-orang yang beruntung di hadapan Allah.
‘Ibaadallah, Alaa Fasholluu ‘Ala Khootamin-Nabiyyiin Wa Imaamil-Muttaqiin, Faqod Amarakum Bidzaalika Ar-Rabbu Al-Kariimu, Faqoola Subhaanahu Qoulan Kariiman : “Innallaaha Wa Malaaikatahu Yusholluuna ‘Alan-Nabiyyi Yaa Ayyuhal-Ladziina Aamanuu Sholluu ‘Alaihi Wasallimuu Tasliiman.” Qs. Al-Ahzab : 65
Wahai Hamba-Hamba Allah, hendaknya kalian membaca Sholawat kepada penutup para nabi dan pemimpin orang-orang yang bertaqwa, sungguh Tuhan yang maha mulia telah memerintahkan hal tersebut. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya membaca Sholawat kepada Nabi (Muhammad), wahai orang-orang yang beriman bacalah Sholawat & Salam kepadanya”. QS. Al-Ahzab : 65

Allohumma Sholli Wa Sallim ‘Ala ‘Abdika Wa Rasuulika Sayyidina Wa Nabiyyina Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihi Wa Ashaabihi Al-Ladziina ‘Alaa Bihim Manaarul-Iimaani Wartafa’a, Wa Syayyadallaahu Bihim Min Qowaa’idad-Diini Al-Haniifi Maa Syara’a, Wa Akhmada Bihim Kalimata Man Haada ‘Anil-Haqqi Wa Maala Ilal-Bida’i.
Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada Hamba & Utusan-Mu yaitu junjungan kami Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya yang dengan mereka Menara Iman menjadi tinggi dan naik. Dan dengan mereka Allah membangun Kaidah-Kaidah Agama yang lurus. Dan dengan mereka Allah memadamkan perkatan orang-orang yang menghalangi kebenaran dan condong kepada hal-hal yang bid’ah.
 Allaahumma Wardho ‘An Khulafaa-ihi Al-Arba’ah, Saadaatina Abii Bakrin Wa ‘Umara Wa ‘Ustmaana Wa ‘Aliyyin Wa ‘An Saa-iri Ashaabi Rasuulika Ajma’iina. Allaahummaghfir Lilmu’miniina Walmu’minaati Al-Ahyaai Minhum Wal Amwaati Innaka Samii’un Qoriibun Mujiibud-Da’awaati, Allahummastur ‘Auraatinaa Aamin Rau’aatinaa Wakfina Ma Ahammanaa Wa Qina Syara Ma Takhawwafana.
Ya Allah ridhoilah Khalifah Nabi-Mu yang empat, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali serta ridhoi pula sahabat-sahabat Rasul-Mu semuanya. Ya Allah Ampunilah orang-orang yang beriman baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal, sesungguhnya Engkau maha mendengar, maha dekat dan mengabulkan segala do’a. Ya Allah tutuplah aib-aib kami, berilah kemaanan bagi rakyat kami, cukupkanlah kami dari apa yang penting menurut kami serta selamatkanlah kami dari keburukan yang kami hawatirkan.

 ‘Ibaadallaah, Innallaaha Ya’muru Bil ’Adli Wal Ihsaani Wa Iitai Dzil-Qurbaa Wa Yanhaa ‘Anil-Fahsyaa-I Wal Munkari Wal Baghyi, Ya’idzukum La’allakum Tadzakkaruuna. Udzkurullaaha Al-‘Adziima Yadzkurkum Wasykuruuhu Yazidkum Wastaghfiruuhu Yaghfir Lakum Wat-Taquuhu Yaj’al Lakum Min Amrikum Makhroja.

Wahai Hamba-Hamba Allah, sesungguhnya Allah menyuruh agar berbuat adil dan baik, member kepada kerabat dan mencegah dari keburukan, kemungkaran dan hal-hal yang tercela, Allah memberi peringatan agar kalian menjadi orang-orang yang selalu ingat. Ingatlah Allah yang Maha Agung niscaya Allah akan mengingat kalian, bersyukurlah kepada-Nya niscaya Allah akan menambahkan untuk kalian, memohonlah ampun kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni kalian, bertaqwalah kepada-Nya niscaya Allah akan memberi jalan keluar atas setiap permasalahan kalian.

Rabu, 27 April 2016

Amalan Bulan Rajab

KONTROVERSI HUKUM PUASA ROJAB : SUNNAH/ BID’AH?
Oleh : Buya Yahya
Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon
 بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العلمين. وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. وصلى الله على سيدنا محمد وآله صحبه وسلم أجمعين. قال الله تعالى :  إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع المتقين. الأية  . وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :  فإن خير الحديث كتاب الله وخير الهدى هدى ‏ ‏محمد ‏وشر الأمور ‏ ‏محدثاتها ‏ ‏وكل بدعة ضلالة . أما بعد :


  1. PENDAHULUAN
A
da 2 hal yang harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rojab. Pertama :  Tidak ada riwayat yang benar dari Rosulullah SAW  yang melarang puasa Rojab.  Kedua : Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rojab yang tidak benar dan palsu.
Dan di dalam masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. Pertama adalah sekelompok kecil kaum muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rojab adalah bid’ah. Kedua : Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rojab akan tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan  palsu. Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat yang benar sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan Rojab
Sebenarnya masalah puasa rojab sudah dibahas tuntas oleh ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi  karena adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rojab adalah sesuatu yang bid’ah.
Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang puasa bulan Rojab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam menyikapi hukum puasa di bulan Rojab. Yang jelas bulan Rojab adalah termasuk bulan Haram yang 4 (Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab) dan bulan haram ini dimuliakan oleh Allah SWT sehingga tidak diperkenankan untuk berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram tersebut khususnya bulan Rojab. Dan di sini kami hanya akan membahas masalah puasa Rojab, untuk masalah yang lainnya seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj dan sholat malam di bulan rojab akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu (Maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rojab. Maka dari itu wajib bagi kami untuk menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah hukumnya adalah HARAM dan DOSA BESAR sebagaimana ancaman Rosulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk menempati neraka”.
Dan perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang keutamaan puasa Rojab  itu  bukan berarti tidak ada hadits  yang benar yang  membicarakan tentang keutamaannya bulan Rojab.

  1. Dalil-dalil tentang puasa Rojab :
1.       Dalil tentang puasa Rojab Secara umum
Himbauan secara umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang diharamkan yang 5. Dan bulan Rojab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Dan juga anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari senin, puasa hari kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rojab. Berikut ini adalah riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
  1. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”

  1. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau mulutnya orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari qiamat”
Yang dimaksud Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan tidak seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27 derajat. Atau ibadah lain yang  satu kebaikan dilipat gandakan menjadi 10 kebaikan.

  1. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim No.1969 :
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan sehari buka”

2.       Dalil-dalil puasa Rojab secara khusus
  1. Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: " سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ"
“Sesungguhnya Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa di bulan Rojab dan ketika itu kami memang di bulan Rojab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata : “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rojab) hingga kami katakan beliau tidak pernah berbuka di bulan Rojab, dan beliau juga pernah berbuka di bulan Rojab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rojab.”
Dari riwayat tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan Rojab  dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa dengan utuh.
Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rojab itu menunjukan bahwa puasa di bulan Rojab bukanlah sesuatu yang wajib.  Begitulah yang dipahami para ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian Nabi meninggalkannya  itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib, dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.

  1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ. ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari Mujibah Al-Bahiliah  dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah atau paman) datang kepada Rosulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada Rosulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia berkata : Yaa Rosulullah apakah engkau tidak mengenalku? Rosulullah SAW menjawab : Siapa Engkau? Dia pun berkata : Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu setahun yang lalu. Rosulullah SAW bertanya : Apa yang membuatmu berubah sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), Ia menjawab : Aku tidak makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka Rosulullah SAW bersabda :  Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di bulan sabar dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : Tambah lagi (yaa Rosulullah) sesungguhnya aku masih kuat. Rosulullah SAW berkata : Berpuasalah 2 hari (setiap bulan), dia pun berkata : Tambah lagi ya Rosulullah. Rosulullah SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan), ia pun berkata: Tambah lagi (Yaa Rosulullah), Rosulullah SAW bersabda : Jika engkau menghendaki berpuasalah engkau di bulan-bulan haram (Rojab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal  itu tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.
 Imam nawawi  menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ" صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ" إنما أمره بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
“Sabda Rosulullah SAW :
 صم من الحرم واترك
“Berpuasalah di bulan haram kemudian tinggalkanlah”
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya  dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rojab seutuhnya adalah sebuah keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439

  1. Hadits riwayat Usamah Bin Zaid
قال قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر غفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku berkata kepada Rosulullah : Yaa Rosulullah aku tidak  pernah melihatmu berpuasa sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah SAW menjawab : Bulan sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rojab dan Ramadhan, dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4 Hal. 201.
Imam Syaukani menjelaskan
ظاهر قوله في حديث أسامة : إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه  يستحب صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون رمضان ورجبا به  . نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah,  Rosulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan manusia di antara Rojab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rojab adalah sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai dari mengagungkan sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan ramadhan dan Rojab dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291

  1. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG PUASA  ROJAB
Dalam menyikapi tentang puasa dibulan Rojab pendapat ulama terbagi menjadi 2, akan tetapi 2 pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di lapangan pada saat ini yaitu dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para pelaku puasa Rojab.
Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya disunnahkan puasa di bulan Rojab semuanya dan juga ada riwayat lain dari Imam Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa sebulan penuh di bulan Rojab.
Akan tetapi di dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan hilang dengan 4 hal :
1)       Dibolong (berbuka) 1 hari di bulan Rojab, atau
2)       Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rojab, atau
3)       Disambung dengan puasa di bulan setelah Rojab
4)       Dengan puasa di hari apapun di selain bulan rojab.
Mungkin ada yang mendengar dari salah satu stasiun radio atau selebaran yang dibagi-bagi yang mengatakan bahwasannya “Puasa Rojab adalah Bid’ah Dholalah” dengan membawa Riwayat dari Nabi SAW yang melarang puasa Rojab atau riwayat dari Sayyidina Umar Bin Khottob yang mengatakan “Kami akan memukul orang yang melakukan puasa di bulan Rojab”. Padahal riwayat tersebut adalah tidak benar dan palsu dan sungguh sangat aneh orang yang membid’ahkan puasa bulan Rojab dengan tuduhan riwayat puasa Rojab adalah hadits-haditsnya palsu akan tetapi mereka sendiri tidak sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa bulan Rojab adalah palsu.
Secara singkat para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa bulan rojab adalah bid’ah. Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan rojab adalah sunnah termasuk dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.

Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa rojab :
1.      Pendapat Ulama’ Madzhab Hanafi
·         Disebutkan dalam Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :
)المرغوبات من الصيام أنواع ( أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ). اهـ
“Puasa yang disunnakahkan itu bermacam-macam :
Puasa Muharrom, Puasa Rojab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)”

2.      Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki
·         Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:
أنه يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر الحرم ). اهـ
“Sesungguhnya disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rojab.”

·         Disebutkan dalam Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :
بل يندب صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ
“Disunnahkan puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di bulan Muharrom kemudian Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.

·         Disebutkan dalam Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :
التنفل بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ
“Melakukan puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan Rojab, bulan  Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari ‘Arafah itu lebih utama bagi orang yang tidak haji”.

·         Disebutkan dalam Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :
وندب صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة والحجة). اهـ
“Dan disunnahkan puasa Muharrom, Rojab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan haram lainnya yang 4 dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
·         Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :
والمحرم ورجب وشعبان لو قال والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر الحرم وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة . اهـ
“Dan disunnahkan Puasa Muharrom, Rojab dan Sya’ban, andaikan beliau berkata “Puasa Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”. Dinukil dari Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengkhususkan bulan-bulan haram dan mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rojab, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah.”
3.      Pendapat dari Ulama’ Madzhab Syafi’i
·         Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6 hal. 439 :
قال أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم ورجب , وأفضلها المحرم. اهـ
“Berkata Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan yang paling utama adalah Muharrom”.
·         Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori menyebutkan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433 :
)وأفضل الأشهر للصوم(  بعد رمضان الأشهر
( الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر مسلم * أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم  اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
“Paling utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan paling Utamanya adalah Muharrom berdasarkan riwayat dari Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharrom kemudian bulan haram yang lainnya. Secara dhohir keutamaan diantara bulan haram yang lainnya itu sama (selain Muharrom). Dan secara dhohir mendahulukan keutamaan Rojab agar keluar dari Khilafnya ulama yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram”
  • Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :
... وأما استمرار هذا الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على هذه  لشريعة المطهرة فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة زجره وتعزيره التعزير البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله تعالى ويوافقه إفتاء العز بن عبد السلام  إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من منع صوم رجب وتعظيم حرمته وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن العلماء الذين دونوا الشريعة  لم يذكر أحد منهم اندراجه فيما يكره صومه بل يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ
“Orang yang melarang puasa Rojab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan  terhadap hukum syariat. Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka wajib bagi hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman yang keras yang dapat mencegahnya dan mencegah orang semisalnya yang merusak  agama Allah SWT.
Sependapat dengan ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sesungguhnya beliau ditanya dari apa yang dinukil dari sebagian Ahli Hadits tentang larangan puasa Rojab dan pengharamannya, dan apakah sah orang yang bernadzar puasa Rojab sebulan penuh maka beliau menjawab “Nadzar puasa Rojab itu sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun larangan puasa Rojab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan hukum-hukum syariat. Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat dengan syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rojab bahkan dikatakan puasa Rojab adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT (sunnah)".

·         Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj  juz 2 hal. 187 :
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها ثم شعبان ). اهـ
“Paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan bulan-bulan haram, sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan Hadits riwayat Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Muharrom” kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaan Rojab  terhadap bulan-bulan haram lainnya kemudian Sya’ban”.
·         Disebutkan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :
)اعلم أن أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا  من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان (. اهـ
“Ketahuilah sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalah puasa bulan-bulan Haram. Sedangkan paling utamanya adalah Muharrom kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaannya atas bulan-bulan Haram yang lainnya, yang jelas keutamaannya sama dengan bulan-bulan haram yang lainnya kemudian Sya’ban”.

  1. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Hanbali
·         Ibnu Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :
فصل : ويكره إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما , بقدر ما لا يصومه كله ... قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه متواليا  , يفطر فيه ولا يشبهه برمضان ). اهـ
“Fasal : Dan dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan puasa, Imam Ahmad berkata “Apabila seseorang berpuasa bulan Rojab maka berbukalah sehari atau beberapa hari sekiranya ia tidak puasa sebulan penuh, Imam Ahmad berkata “Barangsiapa terbiasa puasa setahun maka boleh berpuasa sebulan penuh kalau tidak biasa puasa setahun janganlah berpuasa terus-menerus dan jika ingin puasa rojab sebulan penuh hendaknya ia berbuka di bulan Rojab (biarpun sehari) agar tidak menyerupai Ramadhan”.
Dari keterangan tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa rojab.
·         Disebutkan dalam Al-Furu’  Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :
فصل : يكره إفراد رجب بالصوم نقل ابن حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما أو أياما. وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة . اهـ
“Fasal : Dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan berpuasa berdasarkan apa yang dinukil dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh Umar dan puteranya dan Abi bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari Sayyidina Umar Ra sesungguhnya beliau memukul orang yang berpuasa Rojab, dan berkata Ibnu Abbas “Hendaknya berpuasa Rojab dengan berbuka sehari atau beberapa hari”. Dan kemakruhan puasa bulan rojab akan hilang dengan berbuka (walaupun sehari) atau dengan berpuasa di bulan lain selain bulan rojab.

  1. KESIMPULAN
Dari penjelasan dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan rojab adalah sunnah hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh. Dan ternyata kemakruhan puasa Rojab menurut madzhab Imam Hanbali itu pun jika dilakukan sebulan penuh. Adapun kalau berbuka satu hari saja atau di sambung dengan sehari sebelumnya atau sesudahnya. Atau dengan melakukan puasa di dselain bulan rojab maka kemakruhannya akan  hilang . Dan mereka tidak mengatakan puasa rojab  bid'ah  sebagaimana yang marak akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok orang dengan menyebar selebaran, siaran radio atau  internet. 
Wallohu a'lam bishshowab