Selasa, 07 Juni 2016

Khutbah Idul Fitri
Oleh : BUYA YAHYA
Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah Cirebon


KHUTBAH PERTAMA

Allaahu Akbar 9x
Allaahu Akbar Kabiira, Wal-hamdulillaahi Katsiira, Wa Subhanallaahu Bukrotaw Wa Ashiila.
Allah Maha Besar dengan sungguh-sungguh Maha Besar, segala puji bagi Allah, maha suci Allah di pagi dan sore hari.
Laa Ilaaha Illallaahu Wahdah, Shodaqo Wa’dah, Wa Nashoro ‘Abdah, Wa A’Azza Jundahu Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah.
Tiada tuhan selain Allah yang maha tunggal, benar dalam janjinya, menolong hambanya, memuliakan tentaranya dan menghancurkan segalanya hanya sendirian.
Laa Ilaaha Illallaah Wa Laa Na’budu Illaa Iyyaahu Mukhlishiina Lahud Din Wa Law Karihal Kaafiruun.
Tiada tuhan selain Allah, tiada kami menyembah melainkan kepadanya dengan semurni-murninya, agama adalah milikinya walaupun orang-orang kafir membenci.

Al-Hamdulillah Al-Ladzi Hadaanaa Lihaadzaa Wa Maa Kunnaa Linahtadiya Law Laa An Hadaanallaah, Wa Man Yahdillaahu Fa Laa Mudhilla Lah, Wa Man Yudhlil Fa Laa Haadiya Lah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberi kita petunjuk untuk hadir dalam kesempatan ini, kalau bukan karena Allah memberi petunjuk niscaya kita tidak akan mendapatkan petunjuk. Barangsiapa yang telah diberi petunjuk maka tidak ada satupun yang akan menyesatkannya dan barangsiapa yang telah Allah sesatkan niscaya tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.

Asyhadu Allaa Ilaaha Illallaahu Wahdahu Laa Syariika lahu Syahadata ‘Abdin Lam Yakhsya Illallaah, Wa Asyhadu Anna Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuuluhu Al-Ladzi Ikhtaarohullaahu Washtofaahu.
Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah yang maha tunggal dan tiada sekutu baginya dengan persaksian seorang hamba yang tidak takut melainkan hanya kepada Allah. Aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah Hamba & Utusannya yang merupakan hamba pilihan Allah.
Allahumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalah, Ammaa Ba’du.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang setelahnya.

Fayaa Ayyuhannaas, Ittaqullaah Haqqa Tuqootihi Wa Laa Tamuutunna Ilaa Wa Antum Muslimuun. Wa’lamuu Anna Yaumakum Haadzaa Yaumun ‘Adziim Wa ‘Iidun Kariim. Ahallallaahu Lakum Fiihi At-Tho’ama Wa Harrama ‘Alaikum Fiihi Ash-Shiyaama, Fahuwa Yaumu Tasbiihi Wa Tahmiidin Wa Tahliilin Wa Ta’dziimin Wa Tamjiidin, Fasabbihuu Rabbakum Wa ‘Adz-Dzimuuhu Wa Tuubuu Ilaihi Wastaghfiruuh.
Wahai segenap manusia! Bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa dan janganlah kalian meninggal dunia melainkan kalian dalam Islam. Ketahuilah sesungguhnya hari kalian sekarang ini adalah hari yang amat agung dan hari raya yang mulia. Allah telah menghalalkan makanan dan mengharamkan puasa untuk kalian.
Hari ini adalah hari untuk bertasbih, bertahmid, bertahlil dan mengagungkan Allah, maka bertasbihlah kalian dan Agungkanlah tuhan kalian. Bertaubatlah kepada Allah dan mohonlah ampun kepadanya.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

Di Hari Raya Idul Fitri ini sungguh kita benar-benar berada dalam karunia dan rahmat Allah SWT yang amat besar. Karena saat ini kita dikumpulkan oleh Allah SWT di tempat ini dengan tujuan  menggapai kemuliyaan di hadapan Allah SWT. Merenunglah sejenak akan keberadaan saudara-saudara kita yang belum dipilih oleh Allah untuk mendapat rahmat-Nya, yaitu mereka  yang di saat ini telah berada di dalam sebuah tempat berkumpul akan tetapi Allah murka kepada mereka. Yaitu mereka-mereka yang lalai dan sibuk mengikuti hawa nafsu mereka sehingga mereka tercebur di dalam kubang kemaksiatan dan kenistaan. 

Akan tetapi kita pada saat ini pada detik ini dihantarkan  dan dimudahkan oleh Allah  untuk yang diridhoi oleh Allah, yaitu sholat Id bersama di tempat ini. Inilah nikmat dan rahmat besar dari Allah SWT untuk kita.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia.

        Semarak hari raya ‘Idul Fithri kita saksikan. Tradisi mudik, saling berziarah dan halal bi halal mewarnai suasana ‘Idul Fithri di negeri tercinta ini,  yang sungguh membutuhkan  biaya yang amat besar. Ada yang mereka cari, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka cari. Ada yang mereka rindukan, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka rindukan. Mereka mencari cinta di sela-sela kesibukannya. Mereka merindukan cinta di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian bangsa manusia. Mereka tidak butuh gebyar lahir, marak hari raya dan berbagai tradisi yang tidak menghadirkan makna cinta. Ada yang perlu dicermati, apa yang menjadikan cinta tidak kunjung terwujud dalam kebersamaan bangsa ini, kendati aktivitas lahir penyambung hati sudah dilaksanakan. Cinta tersembunyi dibalik tabir kedengkian, kesombongan, dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka sesemarak apapun gebyar silaturahmi lahir kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak disingkap dan disingkirkan sungguh sinar cinta tidak kunjung memancar di hati kita.

        Silaturahmi adalah kalimat yang sering kita dengar, khususnya adalah di saat kita memasuki bulan fitri, dihari raya ‘Idul Fithri. Sehingga apa yang kita dengar dengan arus mudik, berbondong-bondongnya orang pindah dari satu tempat ke tempat lain, berziarah kesana- kemari adalah dalam irama mewujudkan makna silaturahmi ini. Akan tetapi amal perbuatan seperti apapun besarnya, jika tidak dibarengi dengan renungan dan niat yang baik, maka semuanya akan sia-sia.

        Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dari tradisi yang mulia ini yaitu silaturahmi, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturahmi ini adalah menghadirkan makna kerinduan saling cinta diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa-basi. Akan tetapi jika silaturahmi kita ini hanya terbatas kepada basa-basi dzahir, hanya saling mengunjungi dan lain sebagainya, maka sesungguhnya belumlah ia sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya.

        Dan silaturahmi itu adalah hal yang mendekatkan hati seseorang kepada orang lain, mendekatkan antara orang yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, orang yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan.

        Silaturahmi yang benar adalah jika memang telah menumbuhkan rasa cinta diantara sesama. Sehingga hal yang demikian itu tidak cukup hanya dengan basa-basi  social  saling kunjung dan memberi hadiah, akan tetapi harus dibarengi dengan renungan yang sesungguhnya.

        Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati akan tetapi ternyata silaturahmi yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Rasulullah SAW, bahwasanya agar mendapatkan derajat yang besar di hadapan Allah SWT,  seperti yang disabdakan Nabi SAW :
“Laa Tadkhuluunal Jannata Hattaa Tu’minuu Wa Laa Tu’minuu Hatta Tahaabbuu”
"Demi Allah kalian  tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman dan tidak akan beriman  secara sesungguhnya diantara kalian  sehingga kalian saling mencintai."

         Saling mencintai itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah SWT. Yang sering berziarah kesana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta adalah pekerjaan sia-sia. Maka yang harus kita tekankan saat ini adalah ziarah yang kita lakukan secara lahir harus ada buahnya, yaitu  bertemunya hati dan saling cinta. Dan cinta ini mempunyai tanda, diantaranya kita  mudah  untuk memaafkan kesalahan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan dan merasa senang atas kegembiraan mereka. Dan ini semua adalah makna yang akan hadir setelah ada makna cinta di dalam hati.

        Sungguh dua orang sahabat yang  saling berziarah, dua-duanya adalah orang yang berkhianat jika ternyata tidak ada cinta di dalam hatinya. Dan untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah disamping kita berziarah secara dzahir, harus disertai dengan berziarah secara bathin. Ziarah secara bathin ini lebih penting daripada ziarah secara dzahir. Ziarah secara bathin ini adalah saling mendoakan kepada sesama kita di saat sesama kita itu tidak ada di hadapan kita. Mendo'akan kepada sesama kita dengan do'a-do'a yang baik biarpun  untuk orang yang memusuhi kita, dan itulah hakikat silaturahmi,. Seperti yang disabdakan Nabi SAW :

 ‘An ‘Abdillah Bin ‘Amr Bin Al-‘Ash Radhiyaallaahu ‘Anhuam ‘Anin-Nabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi Wa Sallama Qaala : “Laisal Waashilu Bil-Mukaafi Wa Laakinnal-Waashila Al-Ladzii Iidza Quthi’at Rahimuhu Wa Sholaha”. Rawaahu Ahmad Wal-Bukhari Wa Abu Daud Wat-Tirmidzi Wan-Nasai.
Dari Abdullah Bin Amr Bin Al-‘Ash ra dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda : "Bukanlah menyambung persaudaraan itu adalah membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturahmi itu adalah jika hubungannya diputus ia memulai untuk menyambungnya, jika dia didzalimi sabar  dan memohon maaf terlebih dahulu.”  HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi & Imam Nasai.

        Ini adalah makna silaturahmi, maka dari itu marilah kita hadirkan makna do'a, do'a baik yang  sesungguhnya dengan tulus kepada Allah SWT untuk  orang yang kita cintai dan orang-orang yang membenci  dan mendengki kita sekalipun. Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahmi diantara kita. Dengan hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam. Begitu sebaliknya biarpun ziarah dzahir kita lakukan seribu kali dalam sehari tanpa dibarengi dengan ziarah hati yang kami maksud maka tidaklah kita sampai kepada silaturahmi yang sesungguhnya.  Wallahu a'lam bissawb

KHUTBAH KEDUA

Allaahu Akbar 5x
Laa Ilaaha Illallaahu Akbar, Allaahu Akbar Wa Lillaahil-Hamdu. Al-Hamdulillaahil-Ladzii Manna ‘Alainaa Bihaadzihis-Shobiihah Al-Mubaarakah AL-Laami’ah.
Tiada tuhan selain Allah yang maha besar, Allah maha besar dan segala puji hanya milik Allah. Segala puji hanya milik Allah yang telah meng-anugerahkan pagi yang penuh berkah nan ceria kepada kita.

Wash-Sholatu Was-Salamu ‘Alaa Sayyidina Muhammadin Dzil-Anwaaris-Saathi’ah Wa ‘Alaa Aali Baytihi Ath-Thohiriin Wa Ashaabihi Ath-Thoyyibiin Wa Man Tabi’ahum Biihsaanin Ila Yaumid-Diin, Ammaa Ba’du:
Semoga rahmat dan keselamatan terlimpahkan atas junjungan kami Nabi Muhammad SAW yang mempunyai cahaya-cahaya yang menyilaukan, juga kepada Ahli Bait Nabi yang suci dan sahabat-sahabatnya yang baik-baik serta orang-orang yang mengikuti merkea dalam kebaikan sampai hari kiamat. Kemudian :

Fayaa ‘Ibaadallaah Ittaqullaaha Haqqo Tuqootihi Takuunuu ‘Indahu Minal-Muflihiin Al-Faaiziin.
Wahai Hamba-Hamba Allah, bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa maka kalian akan menjadi orang-orang yang beruntung di hadapan Allah.
‘Ibaadallah, Alaa Fasholluu ‘Ala Khootamin-Nabiyyiin Wa Imaamil-Muttaqiin, Faqod Amarakum Bidzaalika Ar-Rabbu Al-Kariimu, Faqoola Subhaanahu Qoulan Kariiman : “Innallaaha Wa Malaaikatahu Yusholluuna ‘Alan-Nabiyyi Yaa Ayyuhal-Ladziina Aamanuu Sholluu ‘Alaihi Wasallimuu Tasliiman.” Qs. Al-Ahzab : 65
Wahai Hamba-Hamba Allah, hendaknya kalian membaca Sholawat kepada penutup para nabi dan pemimpin orang-orang yang bertaqwa, sungguh Tuhan yang maha mulia telah memerintahkan hal tersebut. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah dan para Malaikatnya membaca Sholawat kepada Nabi (Muhammad), wahai orang-orang yang beriman bacalah Sholawat & Salam kepadanya”. QS. Al-Ahzab : 65

Allohumma Sholli Wa Sallim ‘Ala ‘Abdika Wa Rasuulika Sayyidina Wa Nabiyyina Muhammadin Wa ‘Alaa Aalihi Wa Ashaabihi Al-Ladziina ‘Alaa Bihim Manaarul-Iimaani Wartafa’a, Wa Syayyadallaahu Bihim Min Qowaa’idad-Diini Al-Haniifi Maa Syara’a, Wa Akhmada Bihim Kalimata Man Haada ‘Anil-Haqqi Wa Maala Ilal-Bida’i.
Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada Hamba & Utusan-Mu yaitu junjungan kami Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya yang dengan mereka Menara Iman menjadi tinggi dan naik. Dan dengan mereka Allah membangun Kaidah-Kaidah Agama yang lurus. Dan dengan mereka Allah memadamkan perkatan orang-orang yang menghalangi kebenaran dan condong kepada hal-hal yang bid’ah.
 Allaahumma Wardho ‘An Khulafaa-ihi Al-Arba’ah, Saadaatina Abii Bakrin Wa ‘Umara Wa ‘Ustmaana Wa ‘Aliyyin Wa ‘An Saa-iri Ashaabi Rasuulika Ajma’iina. Allaahummaghfir Lilmu’miniina Walmu’minaati Al-Ahyaai Minhum Wal Amwaati Innaka Samii’un Qoriibun Mujiibud-Da’awaati, Allahummastur ‘Auraatinaa Aamin Rau’aatinaa Wakfina Ma Ahammanaa Wa Qina Syara Ma Takhawwafana.
Ya Allah ridhoilah Khalifah Nabi-Mu yang empat, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali serta ridhoi pula sahabat-sahabat Rasul-Mu semuanya. Ya Allah Ampunilah orang-orang yang beriman baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal, sesungguhnya Engkau maha mendengar, maha dekat dan mengabulkan segala do’a. Ya Allah tutuplah aib-aib kami, berilah kemaanan bagi rakyat kami, cukupkanlah kami dari apa yang penting menurut kami serta selamatkanlah kami dari keburukan yang kami hawatirkan.

 ‘Ibaadallaah, Innallaaha Ya’muru Bil ’Adli Wal Ihsaani Wa Iitai Dzil-Qurbaa Wa Yanhaa ‘Anil-Fahsyaa-I Wal Munkari Wal Baghyi, Ya’idzukum La’allakum Tadzakkaruuna. Udzkurullaaha Al-‘Adziima Yadzkurkum Wasykuruuhu Yazidkum Wastaghfiruuhu Yaghfir Lakum Wat-Taquuhu Yaj’al Lakum Min Amrikum Makhroja.

Wahai Hamba-Hamba Allah, sesungguhnya Allah menyuruh agar berbuat adil dan baik, member kepada kerabat dan mencegah dari keburukan, kemungkaran dan hal-hal yang tercela, Allah memberi peringatan agar kalian menjadi orang-orang yang selalu ingat. Ingatlah Allah yang Maha Agung niscaya Allah akan mengingat kalian, bersyukurlah kepada-Nya niscaya Allah akan menambahkan untuk kalian, memohonlah ampun kepada-Nya niscaya Allah akan mengampuni kalian, bertaqwalah kepada-Nya niscaya Allah akan memberi jalan keluar atas setiap permasalahan kalian.